Persaingan Fisioterapi menghadapi Persaingan Global
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2vEYjcdFifw35lMoZxpMBPr6m3Tk7FAUjv2seYIqQkHxzXMmCUwtKLnwxbistPbWKi1UP14PN3rb-J2na00DTNr59ujJ8G8WWrmDWHJaeYcx25bnyQKAKbG01Eb6fkJy5D0MQXKHz0S4/s1600/download.jpg)
Pada Dekade sebelum tahun 1990-an fisioterapi di Indonesia hampir tidak mempunyai pesaing. pada Tahun 1990 - an muncul lah dokter Rehabiliasi Medik yang mengganggu ketentraman fisioterapi selama puluhan tahun. dr SpRM mungkin lahir dari kekecewaan penanganan fisioterapi yang kurang maksimal. Pada Tahun itu Fisioterapi hanya memiliki tingkat maksimal D3 hanya ada ada 1 Universitas yang sudah D4 yaitu universitas esa unggul. Fisioterapi merasa wewenangnya diambil alih oleh profesi lain. akhirnya muncul pendidikan D4 yang muncul sebagai jawaban persaingan itu disusul S1 pada tahun 2010 di Universitas Hasanuddin. Fisioterapi merasa harus memperjuangkan profesinya dengan peningkatan pendidikan disamping kemampuan skill. Pada tahun 2016 ini mulai muncul tenaga Chiropratic yang penangannya mirip dengan teknik fisioterapi kemudian menjadi tantangan bagi seorang fisioterapi. Fisioterapi kedepannya akan berhadapan dengan tenaga kesehatan lain atau fisioterapi luar negeri yang kualitas dan pendidikannya lebih maju dibanding fisioterapi di Indonesia. Peran Fisioterapi begitu besar di tenaga kesehatan ini harus ditingkatkan kembali ke jenjang profesi dan spesialis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar